Analisis Manajemen Transportasi di Kota Depok

Setelah menjadi Daerah Otonom terpisah dengan Kabupaten Bogor berdasarkan Undang-Undang No 15 Tahun 1999, Setelah berpisah dengan induk semangnya, Kota Depok mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik di sektor Perdagangan, Industri, Pendidikan, Pariwisata dan Perhotelan.

Apalagi Kota Depok adalah pintu gerbang Propinsi Jawa Barat yang berbatasan dengan Ibu kota DKI Jakarta. banyak penduduk pendatang yang menilai bahwa Kota Depok menjanjikan harapan hidup yang lebih baik, terlebih lagi dari aspek posisi geografis yang dekat dengan pintu gerbang Ibu Kota Negara dan menyebabkan semakin banyaknya migrasi penduduk ke Kota Depok.

Maka dengan semakin meningkatnya mobilitas penduduk di Kota Depok menuntut di perlukannya sarana transportasi angkutan kota yang memenuhi syarat kelancaran, kenyamanan, dan keamanan. Karena sebagai konsekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk perkotaan serta semakin meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat menuntut di perlukannya sarana transportasi yang mampu mendukung mobilitas mereka dalam beraktifitas sehari-hari.

Kondisi yang terjadi saat ini bahwa meningkatnya permintaan jasa transportasi angkutan kota sebagai dampak dari tingginya mobilitas penduduk di rasakan belum di tata secara maksimal, sehingga manajemen angkutan kota belum mampu menawarkan pelayanan yang lancar, tertib, aman dan memuaskan.

Kondisi ini akibat pengaturan rute dan jalur trayek angkutan kota belum di dasarkan pada analisis kebutuhan pasar serta sikap dan kesadaran para pengemudi, dan para penumpang relatif masih rendah. Oleh karena itu sistem transportasi angkutan kota yang ada sekarang ini perlu di tata kembali menuju sistem transportasi yang terintegrasi, sehingga mobilitas penumpang dari dan ke tempat tujuan dapat tertata secara baik, lancar dan memuaskan.

Melihat kondisi yang belum di tata secara maksimal itu dan untuk mengukur kinerja manajemen angkutan kota di Kota Depok maka perlu di lakukan sebuah penelitian agar nantinya dapat di evaluasi dari seluruh trayek yang ada di kota Depok yang berjumlah 27 trayek. Untuk lebih jelasnya data jumlah Angkutan Kota Depok pada tabel berikut ini : 
Jumlah Angkutan Kota Di Kota Depok
Tahun 2010

Trayek Angkot Kota Depok
Jumlah  AKDP  Bis  Sedang
 Di Kota Depok Tahun 2010

Trayek Bis Sedang
Jumlah  AKDP  BIS  Besar

 Di Kota Depok Tahun 2010

Trayek Bis Besar
Jumlah  AKAP  Bis  Sedang

 Di Kota Depok Tahun 2010

Trayek Bis Sedang AKAP
Jumlah  AKAP  Bis  Besar

 Di Kota Depok Tahun 2010
Trayek Bis Besar AKAP
Maka melihat kondisi yang belum di tata secara maksimal ini dan untuk mengukur kinerja manajemen angkutan kota di Kota Depok perlu di lakukan sebuah penelitian agar nantinya dapat di evaluasi dari seluruh trayek yang ada di kota Depok yang berjumlah 27 trayek.

Apalagi Pemerintah Kota Depok sekarang sedang merencanakan pembangunan terminal baru di kawasan jatijajar yang sa'at ini dalam proses pematangan lahan. sehingga di harapkan dengan pembangunan terminal baru ini lebih dapat mengefektifkan jalur-jalur trayek yang selama ini penataan jalur trayek angkutan kota belum di dasarkan pada analisis kebutuhan pasar dan belum di tata secara maksimal. Sehingga Tujuan diadakan penelitian ini dalam rangka untuk melakukan identifikasi tentang kondisi manajemen angkutan kota yang terjadi pada saat ini dan untuk melakukan penataan manajemen angkutan kota yang di arahkan pada pola pengembangan sistem transportasi yang terintegrasi sesuai dengan peta kebutuhan daerah serta untuk melakukan evaluasi tentang efektifitas jalur transportasi angkutan kota, yang secara teknis dan ekonomis mampu menciptakan keuntungan.

Manfaat dari penelitian ini juga di harapkan dapat terciptanya sistem manajemen angkutan kota yang memadai bagi Pemerintah Kota Depok dan manfaat penelitian ini dapat juga di jadikan bahan masukan dan evaluasi dalam pengambilan keputusan tentang pengelolaan manajemen angkutan agar terciptanya sistem transportasi yang mampu memenuhi permintaan di Kota Depok. Penelitian ini di lakukan di wilayah Kota Depok, yaitu pada beberapa wilayah kecamatan yang memiliki jalur/trayek transportasi dalam kota.

Dengan demikian lokasi penelitian ini di arahkan pada beberapa daerah yang memiliki jalur angkutan dari dan ke pusat perkotaan dan pembelanjaan. terkait sumber data dari penelitian ini di peroleh dari lembaga terkait yakni Dinas Perhubungan dan Organisasi Angkutan Darat Kota Depok serta dari masyarakat pengguna jasa transportasi angkutan Kota.

Beberapa Penganalisaan data di lakukan dengan menggunakan perangkat analisis sebagai berikut 

Analisis Perpindahan Penumpang (Movement)

Secara umum pengguna jasa angkutan selalu berupaya untuk mencari jenis angkutan yang cepat dan dengan biaya relatif murah, sehingga di upayakan dalam melakukan perjalanan tidak berpindah dari satu jenis transportasi yang satu ke transportasi yang lain. Perpindahan jenis transportasi lebih dari satu kali di samping biaya relatif tinggi, juga memerlukan waktu relatif lama serta dari sisi keamanan juga tidak terjamin. Untuk itu perlu di lakukan evaluasi terhadap tingkat perpindahan penumpang dalam memanfaatkan sarana transportasi. karena semakin banyak penumpang yang berpindah dari satu jenis transportasi ke jenis transportasi lain, maka dapat di katakan bahwa manajemen angkutan kota belum memadai, sebaliknya jika relatif sedikit penumpang yang berpindah dari satu jenis transportasi ke jenis transportasi lainnya, maka di katakan bahwa jalur tersebut telah efisien.

Mengingat penumpang angkutan kota relatif banyak, maka untuk melakukan analisis terhadap tingkat perpindahan penumpang di lakukan dengan model survey secara acak, di mana survey di lakukan terhadap semua rute trayek angkutan kota yang ada di Kota Depok yaitu sebanyak 27 trayek. Selanjutnya dari masing-masing trayek di ambil sampel secara acak baik pada waktu sibuk maupun pada waktu tidak sibuk, dan setiap trayek diambil sampel sebanyak 6 penumpang yang terbagi-bagi atas waktu sibuk dan tidak sibuk.

Dari analisis perpindahan penumpang, dapat di ketahui bahwa pelayanan dan pembukaan jalur yang baik adalah yang memungkinkan penumpang mengadakan perjalanan tanpa melakukan perpindahan dari tempat asal berangkat ke tempat tujuan yang di inginkan. Jika penumpang harus berpindah dari satu rute ke rute lainnya, atau dari mode angkutan satu ke mode angkutan lainnya akan menambah waktu perjalanan dan biaya. Jika tingkat perpindahan penumpang tinggi menandakan rute tersebut tidak cocok bagi penumpang dan sebaliknya jika prosentase perpindahan rendah di katakan rute tersebut relatif baik.

Berdasarkan penelitian terlihat bahwa tingkat perpindahan penumpang untuk 1x dari setiap trayek dari jam sibuk rata-rata di atas 47%. Hal tersebut menandakan bahwa pembukaan jalur trayek secara keseluruhan belum efisien, di mana 47% dari penumpang masih melanjutkan perjalanan lebih dari satu kali.

Analisis Load faktor.

Analisis load faktor ini di maksudkan untuk mengukur kapasitas penumpang setiap kali melakukan perjalanan, sehingga dari data load faktor, nantinya dapat di ketahui apakah setiap kendaraan dari setiap kendaraan dari setiap trayek mampu mengangkut penumpang dalam kapasitas maksimal, bila tidak maksimal berarti rute dari dan ke dalam tersebut tidak menguntungkan jika di evaluasi dari aspek kapasitas penumpangnya.

Namun demikian apabila di tinjau dari kepentingan masyarakat pengguna jasa, Load faktor yang rendah akan menyenangkan karena yang bersangkutan lebih leluasa dan longgar memanfaatkan tempat duduknya. Akan tetapi bagi pengusaha jasa transportasi, load faktor yang rendah akan merugikan mereka, karena kapasitas angkut setiap trayek tidak maksimal. sehingga untuk melakukan perhitungan load faktor, yang mendekati angka kebenaran, maka perlu di lakukan evaluasi terhadap setiap penumpang baik penumpang yang turun maupun yang naik kendaraan. Selanjutnya perlu di analisa perhitungan load faktor pada saat ramai dan pada saat sepi dari masing-masing rute/trayek. setidaknya hasil perhitungan ini dapat di jadikan pedoman dalam penetapan kebijakan, baik bagi pemerintah maupun bagi pengusaha angkutan itu sendiri.

Berdasarkan Penelitian telah dapat di ketahui bahwa secara keseluruhan tingkat load faktor angkutan kota di Depok relatif masih belum efisien. Hal tersebut terbukti dari masih rendahnya angka load faktor untuk seluruh trayek yang ada, di mana tingkat kapasitas penumpang setiap perjalanan hanya terisi kurang lebih hanya 50% dari kapasitas yang tersedia. kondisi ini membuktikan bahwa jumlah armada angkutan sudah sangat penuh, sehingga tidak di perlukan penambahan armada yang baru.

Analisis Frekuensi Kendaraan dan Variansi Frekuensi

Analisis frekuensi penumpang di maksudkan untuk mengukur kinerja angkutan kota dalam memberikan pelayanan pada penumpang. Secara umum para penumpang selalu mengharapkan agar cepat mendapatkan kendaraan untuk tujuan perjalanannya, sehingga tidak perlu menunggu terlalu lama dan cepat sampai ke tujuan. Dalam Konteks penelitian ini, Peneliti mencoba untuk mengukur frekuensi kendaraan dari masing-masing trayek ke arah tujuan yang di tetapkan, baik pada waktu jam sibuk maupun di luar jam sibuk.

Pada jam sibuk, frekuensi kendaraan di lakukan pada 12 kendaraan tiap jam, dan pada jam tidak sibuk frekuensi kendaraan di lakukan paling sedikit 6 kendaraan tiap jam. Pergantian jam sibuk, berarti pada waktu tersebut jumlah kendaraan yang di butuhkan relatif banyak, karena banyak calon penumpang yang akan membutuhkannya untuk kepentingan berangkat kerja, berangkat sekolah/kuliah, maupun untuk keperluan bisnis.

Sementara itu jam tidak sibuk, di artikan bahwa pada waktu tersebut relatif sedikit permintaan terhadap sarana angkutan, karena aktifitas calon penumpang relatif sedikit. Teknik yang di pergunakan dalam analis frekuensi penumpang yaitu dengan cara mencatat semua kendaraan angkutan kota yang lewat dari setiap trayek dalam satuan waktu per jam. Sehingga dari hasil ini, rute trayek dapat di katakan baik apabila variansi antara waktu di luar jam sibuk dengan waktu yang sibuk relatif sama, seperti misalnya untuk trayek D02, D03, D05 dan D06, di mana waktu sepi dengan waktu sibuk jumlah frekuensi kendaraan sama.

Namun dalam kenyataannya telah di peroleh juga temuan bahwa sebagian besar rute Angkutan Kota di Kota Depok masih belum optimal, di mana pada saat jam sibuk kekurangan kendaraan, dan pada saat di luar jam sibuk banyak kendaraan yang menganggur. Hal itu menandakan bahwa manajemen angkutan kota untuk seluruh trayek perlu di perbaiki, karena banyak trayek yang tidak efisien lagi jika di analisa dari aspek frekuensi dan variansinya.

Analisis waktu perjalanan pulang pergi (bolak-balik)

Untuk menentukan efektivitas waktu tempuh perjalanan angkutan kota, perlu dilakukan perhitungan waktu tempuh perjalanan bolak-balik dari tempat asal ke tempat tujuan dan kembali lagi ke tempat asal. Waktu perjalanan bolak-balik ini tergantung pada kecepatan panjang rute, dan kondisi lalu lintas. Kecepatan di asumsikan bahwa kendaraan akan berjalan sesuai dengan kecepatan normal di jalan perkotaan yaitu 60 km/jam. Sementara itu panjang rute, artinya berapa jauh rute/trayek dari tempat asal sampai ke tempat tujuan. Semakin jauh jaraknya berarti semakin lama waktu tempuh untuk bolak-balik. Sedangkan kondisi lalu lintas di artikan bahwa kelancaran perjalanan sangat tergantung pada situasi dan kondisi jalan yang di lalui apakah terjadi hambatan atau tidak.

Setiap penumpang menyukai apabila perjalanan mereka cepat sampai, sehingga atas dasar waktu perjalanan bolak balik tersebut dapat memperhitungkan berapa banyak kebutuhan kendaraan. Pergantian jam sibuk, berarti pada waktu tersebut jumlah kendaraan yang di butuhkan relatif banyak, karena banyak calon penumpang yang akan membutuhkannya untuk kepentingan berangkat kerja, berangkat sekolah/kuliah, maupun untuk keperluan bisnis.

Sementara itu jam tidak sibuk, di artikan bahwa pada waktu tersebut relatif sedikit permintaan terhadap sarana angkutan, karena aktifitas calon penumpang relatif sedikit. Berdasarkan data hasil penelitian di peroleh data tentang frekuensi kendaraan pada waktu jam sibuk dan di luar jam sibuk untuk masing-masing trayek. Teknik yang di lakukan yaitu dengan cara mencatat semua kendaraan angkutan kota yang lewat dari setiap trayek dalam satuan waktu per jam. Waktu perjalanan bolak-balik di asumsikan sebagai waktu perjalanan sekali putar dari tempat asal ke tempat tujuan dan kembali lagi ke tempat asal, dengan memperhitungkan waktu tunggu di terminal. hasil ini dapat di ketahui bahwa waktu perjalanan bolak-balik dari setiap trayek relatif sangat bervariasi.

Di satu sisi ada yang mempunyai waktu relatif singkat, dan di sisi lain ada yang mempunyai waktu relatif lama, sementara itu tarif yang di berlakukan relatif sama dengan peraturan pemerintah daerah, kondisi tersebut tentunya berpengaruh pada penghasilan armada angkutan.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah di lakukan di lapangan maka dapat diambil kesimpulan terkait hasil penelitian tersebut sebagai berikut :

Pertama : optimalisasi permintaan jasa transportasi angkutan kota, khususnya untuk jenis Angkutan Kota, di tentukan oleh beberapa indikator penting, yaitu tingkat perpindahan penumpang, analisis waktu pulang pergi kendaraan dalam operasional, analisis frekuensi dan variasi, analisis load factor dan analisis permintaan jasa transportasi.

Kedua : tingkat perpindahan penumpang dari satu rute ke rute yang lain relatif tinggi, yaitu di atas 47%. Padahal ukuran idealnya perpindahan penumpang 10%. Hal ini menandakan bahwa rute angkutan kota yang ada sekarang ini belum mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi jika dilihat dari kepentingan masyarakat pengguna jasa transportasi.

Ketiga : di tinjau dari analisis frekuensi dan variasi disimpulkan bahwa frekuensi kendaraan dalam beroperasi antara waktu sibuk dengan di luar waktu sibuk menunjukkan variansi yang relatif tinggi.

Keempat : di tinjau dari kapasitas penumpang, di peroleh temuan bahwa kapasitas penumpang rata-rata untuk seluruh rute belum mampu mencapai load faktor yang sesuai dengan ukuran standar.

Kelima : di tinjau dari aspek analisis permintaan jasa transportasi, di peroleh temuan bahwa meskipun berada dalam waktu sibuk maupun di luar waktu sibuk, permintaan jasa transportasi rata-rata dari masyarakat relatif rendah. Artinya jumlah penumpang tidak sebanding dengan jumlah armada angkutannya.

Hal itu disebabkan karena load faktor atau kapasitas angkut per kendaraan relatif masih sangat rendah. Setelah hasil penelitian di dapat maka beberapa saran yang perlu di ambil Pemerintah Kota Depok terkait dengan pengaturan manajemen transportasi angkutan kota, dapat terlihat dari kinerja angkutan kota yang relatif masih rendah, maka untuk meningkatkan kinerja yang di maksud dapat di tempuh dengan jalan melakukan pengurangan jumlah armada yang di izinkan dengan cara mengalihkan izin operasi kendaraan pada rute yang masih bisa di kembangkan atau membuat kebijakan membuka rute baru yang lebih efisien dan perlu di lakukan kebijakan untuk melakukan penataan trayek baru untuk menghindari terjadinya tumpang tindih antara rute yang satu dengan yang lain.

Selanjutnya Pemerintah Kota Depok Juga harus memperketat prosedur perizinan bagi pengusaha yang akan memasuki sektor jasa transportasi, sementara itu dari pihak instansi terkait, hendaknya harus meneliti ke lapangan tentang kemungkinan di bukanya izin trayek baru yang di dasarkan atas perhitungan yang memenuhi syarat.

Semoga Informasi ini berguna........amin
 
Template Modify by
Creating Website

Proudly powered by
Blogger